FAKTAKINI

Tawa Raja, Pilu Masalah Sang Raja

 

Di sebuah kerajaan kecil nan ramai bernama Kerajaan Sarden, rakyat tengah bersuka cita. Alun-alun istana dihias meriah dengan bendera warna-warni, musik tabuh bergema sejak fajar, dan aroma sarden bakar menguar dari dapur istana—semuanya merayakan ulang tahun sang Raja: Raja Sardonius III, pemimpin flamboyan yang dikenal suka berpesta dan gemar mengenakan jubah sutra berkilau.

Di atas singgasana emasnya, Raja Sardonius tersenyum lebar, gelak tawanya menggema di seluruh balairung. Ia menjamu para tamu bangsawan dan rakyat jelata tanpa perbedaan. Namun, di balik senyum lebarnya dan tawa lantangnya, tersembunyi sesuatu yang tidak diketahui siapa pun… kecuali dirinya sendiri.

Malam sebelumnya, sang Bendahara Kerajaan datang membawa kabar yang membuat sang raja tak bisa tidur:

“Paduka... sebagian besar dana pesta rakyat ini masih belum terbayarkan. Uang kerajaan yang digunakan adalah dana pinjaman dari Saudagar Laut Selatan, dan jatuh tempo sudah dekat…”

Raja Sardonius pura-pura tak mendengar. Ia hanya mengangguk sambil menyesap anggur sarden, berharap masalah itu lenyap esok pagi. Tapi ternyata, pagi datang bersama surat tagihan dari saudagar.

Kini, di tengah pesta, meski wajahnya dihiasi tawa dan kepalanya dimahkotai emas, dalam pikirannya berkecamuk pertanyaan besar:
Bagaimana membayar hutang kerajaan tanpa membuat rakyat tahu bahwa negeri sarden sebenarnya nyaris bangkrut?

Ia melihat para pejabat menari, para panglima menjilat jubahnya dengan pujian-pujian kosong, dan rakyat kecil bersorak-sorai memanggil namanya.
“Raja kita murah hati! Raja kita tak pernah pelit!”

Padahal, sesungguhnya Raja Sardonius tidak murah hati… dia hanya tidak pandai menghitung.

Di ujung hari, saat pesta usai dan musik berhenti, sang raja berdiri di balkon, menatap bulan.
Dengan lirih ia bergumam,

“Aku raja yang dicintai karena pesta… tapi siapa yang akan tetap mencintaiku ketika tagihan datang?”

Dan di malam itu, untuk pertama kalinya, Raja Sardonius tidak tidur di atas kasur empuk, tapi di ruang harta, sambil menghitung satu per satu keping emas yang tersisa.

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image